Di Tepi sungai Piedra Aku Duduk & Tersedu
Merr agatha
November 15, 2015
0 Comments
Paulo coelho
1994
209 pages
Translator: Miagina Amal
Publisher: Pustaka alvabet
Buku ini adalah buku karangan Paulo Coelho (Red: paw lo kwey lew) pertama yang saya baca. Menurut saya sih, bahasanya cukup berat, sampai-sampai ada beberapa kalimat yang harus saya baca berulang untuk memahami maknanya, hehe...
Tokoh utamanya adalah sepasang kekasih yang sejak kecil sudah saling mencintai tapi belum berani mengugkapkannya satu sama lain. Buku ini mengisahkan tentang pertarungan batin si wanita, Pilar mengenai harus merelakan si pria atau menerima cintanya. Hebatnya, nama si Pria tidak satu kalipun disebutkan oleh Paulo (eh bener enggak ya, mau saya cek lagi, tapi bukunya sudah dikembalikan, ehehehe).
Jadinya itu, mereka berdua berteman sejak kecil. Kemudian setelah melewati masa remaja, si pria berkuliah di luar kota. Masing-masing menjalani hidup sendiri-sendiri. Kemudian setelah menginjak usia akhir 20an, mereka bertemu. Si pria tumbuh menjadi seseorang yang agamis, dan sedang dalam perjalanan mengambil keputusan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk Tuhan. Mungkin kalau di Indonesia bisa diibaratkan seperti mengambil keputusan menjadi romo kali ya. Sedangkan yang wanita tumbuh menjadi seseorang yang takut mengambil risiko dan perubahan, karenanya dia terobsesi untuk hidup normal. Kuliah, menikah, dan berkeluarga di Soria, kampung halamannya.Namun, salah satu ceramah si pria tentang "yang lain" menggelitik keputusannya.
"Yang lain" disini digambarkan sebagai sisi gelap dari diri kita yang menolak mengikuti kata hati dan mendorong kita untuk melakukan kebalikan dari apa yang diserukan kata hati. Bagi Pilar, "yang lain" adalah bagian dari dirinya yang takut mengambil risiko, takut keluar dari zona nyaman, yaitu Soria, dan bagian dari dirinya yang gengsi mengungkapkan cinta.
Di sisi lain, si Pria sebetulnya belum mantap dengan keputusannya menjomblo, karena dia sangat mencintai Pilar, tapi di sisi lain, dia merasa Pilar belum mau keluar dari zona nyamannya untuk berkeliling dunia bersamanya.
Pertentangan batin itu akhirnya berujung pada sebuah keputusan, dan tentu ada sesuatu yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Akhirnya bagaimana sih sebetulnya sudah bisa ditebak, silakan baca sendiri yaa... hehehe...
Reviewer-reviewer sebelumnya menilai buku ini sebagai bukunya Paulo dengan alur cerita yang sangat simpel. Enggak sabar untuk baca buku Paulo yang lainnya.
--Jika kita tidak terlahir kembali-jika tak belajar untuk melihat kehidupan dengan kemurnian dan antusiasme masa kanak-kanak-tak ada artinya terus hidup (Paulo Coelho).
--Hidup mengejutkan kita dan memerintah untuk bergerak ke arah yang tak diketahui-bahkan ketika kita tak mau dan mengira tak perlu (Paulo Coelho).
--Lebih baik kalah dalam beberapa pertempuran demi mimpi-mimpimu daripada dikalahkan tanpa pernah tahu untuk apa kau bertempur (Paulo Coelho).
1994
209 pages
Translator: Miagina Amal
Publisher: Pustaka alvabet
Buku ini adalah buku karangan Paulo Coelho (Red: paw lo kwey lew) pertama yang saya baca. Menurut saya sih, bahasanya cukup berat, sampai-sampai ada beberapa kalimat yang harus saya baca berulang untuk memahami maknanya, hehe...
Tokoh utamanya adalah sepasang kekasih yang sejak kecil sudah saling mencintai tapi belum berani mengugkapkannya satu sama lain. Buku ini mengisahkan tentang pertarungan batin si wanita, Pilar mengenai harus merelakan si pria atau menerima cintanya. Hebatnya, nama si Pria tidak satu kalipun disebutkan oleh Paulo (eh bener enggak ya, mau saya cek lagi, tapi bukunya sudah dikembalikan, ehehehe).
Jadinya itu, mereka berdua berteman sejak kecil. Kemudian setelah melewati masa remaja, si pria berkuliah di luar kota. Masing-masing menjalani hidup sendiri-sendiri. Kemudian setelah menginjak usia akhir 20an, mereka bertemu. Si pria tumbuh menjadi seseorang yang agamis, dan sedang dalam perjalanan mengambil keputusan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk Tuhan. Mungkin kalau di Indonesia bisa diibaratkan seperti mengambil keputusan menjadi romo kali ya. Sedangkan yang wanita tumbuh menjadi seseorang yang takut mengambil risiko dan perubahan, karenanya dia terobsesi untuk hidup normal. Kuliah, menikah, dan berkeluarga di Soria, kampung halamannya.Namun, salah satu ceramah si pria tentang "yang lain" menggelitik keputusannya.
"Yang lain" disini digambarkan sebagai sisi gelap dari diri kita yang menolak mengikuti kata hati dan mendorong kita untuk melakukan kebalikan dari apa yang diserukan kata hati. Bagi Pilar, "yang lain" adalah bagian dari dirinya yang takut mengambil risiko, takut keluar dari zona nyaman, yaitu Soria, dan bagian dari dirinya yang gengsi mengungkapkan cinta.
Di sisi lain, si Pria sebetulnya belum mantap dengan keputusannya menjomblo, karena dia sangat mencintai Pilar, tapi di sisi lain, dia merasa Pilar belum mau keluar dari zona nyamannya untuk berkeliling dunia bersamanya.
Pertentangan batin itu akhirnya berujung pada sebuah keputusan, dan tentu ada sesuatu yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Akhirnya bagaimana sih sebetulnya sudah bisa ditebak, silakan baca sendiri yaa... hehehe...
Reviewer-reviewer sebelumnya menilai buku ini sebagai bukunya Paulo dengan alur cerita yang sangat simpel. Enggak sabar untuk baca buku Paulo yang lainnya.
--Jika kita tidak terlahir kembali-jika tak belajar untuk melihat kehidupan dengan kemurnian dan antusiasme masa kanak-kanak-tak ada artinya terus hidup (Paulo Coelho).
--Hidup mengejutkan kita dan memerintah untuk bergerak ke arah yang tak diketahui-bahkan ketika kita tak mau dan mengira tak perlu (Paulo Coelho).
--Lebih baik kalah dalam beberapa pertempuran demi mimpi-mimpimu daripada dikalahkan tanpa pernah tahu untuk apa kau bertempur (Paulo Coelho).