Watch Your Words!!!
Merr agatha
September 10, 2009
2 Comments
Kisah yang pernah saya dengar dari sebuah radio ini, tiba-tiba saja terlintas di pikiran. Padahal saya dengernya udah cukup lama loh. Sekitar 2-3 tahun yang lalu. Hha... Hmmm... ceritanya begini.
Di suatu tempat, hiduplah seorang pelukis yang sangat mahir melukis, (yaiyalah mahir melukis, masak pelukis mahir memasak =P). Yuph... si pelukis ini emang jago banget ngelukisnya, tapi ada satu kekurangannya, dia sombong banget. Entah kenapa, di dalam kesombongannya itu, bakatnya maki keren aja. Dia sukses dan kaya. Semakin hari, si pelukis ini semakin tua, hingga pada suatu hari, matanya mengalami presbiopi parah. Penglihatannya tidak sejelas penglihatannya di masa muda. Sambil menikmati hari tuanya, pria tua ini hanya melukis dan menghadiri berbagai macam pameran lukisan.
Suatu hari, dia diajak isterinya untuk menghadiri sebuah pameran lukisan ternama. Sayangnya, dia lupa membawa kacamatanta. Sebenarnya dia tidak bisa melihat lukisan-lukisan yang dipamerkan dengan jelas, namun namanya juga sombong, si kakek tua tetap saja berkomentar.
Komentarnya selalu menuju ke inti, bahwa lukisannyalah yang paling indah, bahwa hanya dialah pelukis terbaik. Meskipun telah diperingatkan oleh isterinya untuk menjaga etika, namun si pria tua ini tetap saja cuap-cuap :P. Hingga pada satu saat, dia melihat sebuah lukisan yang lumayan besar. Di kanvas yang lumayan besar itu, hanya terlukis gambar seorang kakek tua yang sedang berdiri.
Pria ini berdiri tepat di depan lukisan tersebut. Ketika melihatnya, seperti biasa dia memberikan komentar-komentar pedasnya, meskipun sebenarnya dia tidak bisa melihat dengan jelas. Dia berkata, "Hhh... dari semua lukisan yang sudah saya lihat sambil berkeliling, cuma lukisan ini saja yang paling jelek. Nilai artistik dan estetikanya sangat rendah. Padahal di pameran-pameran ternama seperti ini saya berharap lukisan-lukisannya lebih baik dari lukisan-lukisan yang bisa saya buat, atau paling tidak setara dengan lukisan saya." Dia memberikan pendapatnya itu di depan banyak penikmat seni dan seniman. Namun, tiba-tiba isterinya yang sedang berjalan di sampingnya menyenggolnya sambil berkata, "Ssstt... suamiku, itu bukan sebuah lukisan, tapi itu sebuah cermin." Gubrakkk...
Jadi, gambaran yang dia bilang adalah lukisan terjelek, ternyata adalah pantulan bayangannya sendiri. Hha...
Recently, I use to control myself. In talking, in seeing, and in giving opinion. Hoping noone would get hurted. =)
Whaddabaout u?
Di suatu tempat, hiduplah seorang pelukis yang sangat mahir melukis, (yaiyalah mahir melukis, masak pelukis mahir memasak =P). Yuph... si pelukis ini emang jago banget ngelukisnya, tapi ada satu kekurangannya, dia sombong banget. Entah kenapa, di dalam kesombongannya itu, bakatnya maki keren aja. Dia sukses dan kaya. Semakin hari, si pelukis ini semakin tua, hingga pada suatu hari, matanya mengalami presbiopi parah. Penglihatannya tidak sejelas penglihatannya di masa muda. Sambil menikmati hari tuanya, pria tua ini hanya melukis dan menghadiri berbagai macam pameran lukisan.
Suatu hari, dia diajak isterinya untuk menghadiri sebuah pameran lukisan ternama. Sayangnya, dia lupa membawa kacamatanta. Sebenarnya dia tidak bisa melihat lukisan-lukisan yang dipamerkan dengan jelas, namun namanya juga sombong, si kakek tua tetap saja berkomentar.
Komentarnya selalu menuju ke inti, bahwa lukisannyalah yang paling indah, bahwa hanya dialah pelukis terbaik. Meskipun telah diperingatkan oleh isterinya untuk menjaga etika, namun si pria tua ini tetap saja cuap-cuap :P. Hingga pada satu saat, dia melihat sebuah lukisan yang lumayan besar. Di kanvas yang lumayan besar itu, hanya terlukis gambar seorang kakek tua yang sedang berdiri.
Pria ini berdiri tepat di depan lukisan tersebut. Ketika melihatnya, seperti biasa dia memberikan komentar-komentar pedasnya, meskipun sebenarnya dia tidak bisa melihat dengan jelas. Dia berkata, "Hhh... dari semua lukisan yang sudah saya lihat sambil berkeliling, cuma lukisan ini saja yang paling jelek. Nilai artistik dan estetikanya sangat rendah. Padahal di pameran-pameran ternama seperti ini saya berharap lukisan-lukisannya lebih baik dari lukisan-lukisan yang bisa saya buat, atau paling tidak setara dengan lukisan saya." Dia memberikan pendapatnya itu di depan banyak penikmat seni dan seniman. Namun, tiba-tiba isterinya yang sedang berjalan di sampingnya menyenggolnya sambil berkata, "Ssstt... suamiku, itu bukan sebuah lukisan, tapi itu sebuah cermin." Gubrakkk...
Jadi, gambaran yang dia bilang adalah lukisan terjelek, ternyata adalah pantulan bayangannya sendiri. Hha...
Recently, I use to control myself. In talking, in seeing, and in giving opinion. Hoping noone would get hurted. =)
Whaddabaout u?
Buat Raissa, sorry fotonya aku pake :D
gpp kan? Hehe...